Jumat, 31 Mei 2013
Kamis, 16 Mei 2013
Input Data GPS
Input data hasil survey lapang dari GPS, biasanya berupa titik-titik / waypointsdan garis / track. Data-data ini dapat langsung di transfer ke komputer dengan menggunakan beberapa Software seperti Map Source dan OziExplorer. Cara lain untuk memasukkan data berupa koordinat dari titik-titik / waypoints tersebut ke dalam ArcMapadalah dengan menggunakan tool Add XY Data. Format data yang dimasukkan bisa berupa Ms. Excel ataupun Text.
Standar Pembuatan Peta
SNI
19-6502.1-200 Spesifikasi Teknis Peta
Rupabumi Indonesia Skala 1:10.000
Abstrak:
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) yang dalam hal ini bertugas dan berfungsi sebagai pembuat peta
untuk seluruh Indonesia berkewajiban untuk
membuat standarisasi peta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dari Badan Standardisasi Nasional (BSN). Untuk itu
Bakosurtanal menerbitkan standar nasional
ini sebagai hasil dari spesifikasi di dalam pembuatan Peta Rupabumi Indonesia skala
1 : 10.000.
Standar Nasional Indonesia ini
dilaksanakan untuk mendukung persiapan dalam menjalankan otonomi daerah yang
telah dituangkan dalam Undang-undang No. 22, Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
dan Peraturan Pemerintah No. 10, Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta dan
Perencanaan Tataruang Nasional.
SNI
19-6502.2-2000 Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:25.000
Abstrak:
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) yang dalam hal ini bertugas dan berfungsi sebagai
pembuat peta untuk seluruh Indonesia berkewajiban untuk membuat standarisasi
peta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dari Badan Standardisasi
Nasional (BSN). Untuk itu Bakosurtanal menerbitkan standar nasional ini sebagai
hasil dari spesifikasi di dalam pembuatan Peta Rupabumi Indonesia skala 1 :
25.000.
Standar Nasional Indonesia ini
dilaksanakan untuk mendukung persiapan dalam menjalankan otonomi daerah yang
telah dituangkan dalam Undang-undang No. 22, Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
dan Peraturan Pemerintah No. 10, Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta dan Perencanaan
Tataruang Nasional.
SNI
19-6502.3-2000 Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:50.000
Abstrak:
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) yang dalam hal ini bertugas dan berfungsi sebagai
pembuat peta untuk seluruh Indonesia berkewajiban untuk membuat standarisasi
peta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dari Badan Standardisasi
Nasional (BSN). Untuk itu Bakosurtanal menerbitkan standar nasional ini sebagai
hasil dari spesifikasi di dalam pembuatan Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 50.000.
Standar Nasional Indonesia ini
dilaksanakan untuk mendukung persiapan dalam menjalankan otonomi daerah yang
telah dituangkan dalam Undang-undang No. 22, Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
dan Peraturan Pemerintah No. 10, Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta dan
Perencanaan Tataruang Nasional.
SNI
19-6502.4-2000 Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:250.000
Abstrak:
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) yang dalam hal ini bertugas dan berfungsi sebagai
pembuat peta untuk seluruh Indonesia berkewajiban untuk membuat standarisasi
peta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dari Badan Standardisasi
Nasional (BSN). Untuk itu Bakosurtanal menerbitkan standar nasional ini sebagai
hasil dari spesifikasi di dalam pembuatan Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 250.000.
Standar Nasional Indonesia ini
dilaksanakan untuk mendukung persiapan dalam menjalankan otonomi daerah yang
telah dituangkan dalam Undang-undang No. 22, Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
dan Peraturan Pemerintah No. 10, Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta dan
Perencanaan Tataruang Nasional.
SNI
19-6724-2002 Jaring Kontrol Horizontal
Abstrak:
Jaring kontrol horizontal merupakan
sekumpulan titik kontrol horizontal yang satu sama lainnya dikaitkan dengan
data ukuran jarak dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode
pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat horizontal
tertentu.
Standar ini meliputi ruang lingkup,
istilah dan definisi, klasifikasi,
konvensi, dan spesifikasi teknis dari pembangunan dan pengembangan jaring titik
kontrol geodetik horizontal nasional.
SNI
19-6725-2002 Peta Lingkungan Bandar Udara Indonesia Skala 1:25.000
Abstrak:
SNI tentang Peta lingkungan bandar
udara Indonesia (LBI) skala 1:25 000 ini merupakan usaha untuk menyeragamkan
pembuatan peta LBI dan mempermudah bagi para pemakai dalam membaca dan memahami
unsur-unsur data dan informasi yang tertuang dalam peta LBI.
Standar ini merupakan panduan dan
pedoman untuk memproduksi peta LingkunganBandar Udara Indonesia (LBI) skala
1:25000, yang meliputi aturan umum, unsur-unsur yang harus/perlu disajikan,
cara penyajian dan reproduksi peta.
SNI
19-6726-2002 Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1:50.000
Abstrak:
Standar Nasional Indonesia ini
merupakan usaha realisasi program jangka panjang dalam pembuatan peta dasar LPI
seluruh wilayah pantai Indonesia skala
1:50.000 sebanyak lebih kurang 1200 Nomor Lembar Peta (NLP). Pedoman ini
merupakan salah satu realisasi penyediaan standar nasional untuk pembuatan peta
dasar LPI. Standar ini meliputi ketentuan, unsur-unsur yang harus/perlu
disajikan, cara penyajian dan reproduksi peta dasar lingkungan pantai Indonesia
skala 1:50 000. Tujuan pedoman ini adalah untuk menyajikan spesifikasi yang
standar tentang pembuatan peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia skala 1:50 000
bertaraf nasional.
Peta
Dasar Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1:250.000
Abstrak:
Standar Nasional Indonesia tentang
Peta dasar lingkungan pantai Indonesia skala 1:250.000 ini menyajikan
spesifikasi tentang pembuatan peta dasar LPI skala 1:250.000 bertaraf nasional.
Standar ini meliputi ketentuan, unsur-unsur yang harus/perlu disajikan, cara
penyajian dan reproduksi peta dasar lingkungan pantai Indonesia (LPI) skala
1:250 000.
SNI
19-6728.1-2002 Penyusunan Neraca Sumber Daya –
Bagian 1: Sumber Daya Air Spasial
Abstrak:
Standar Nasional Indonesia ini
merupakan penyempurnaan dari petunjuk teknis neraca sumber daya air yang
dihasilkan pada tahun 1991 dan telah beberapa kali di revisi terakhir kali pada
tahun 2001. Penyusunan neraca sumber daya air di latar belakangi oleh kenyataan
bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum memperhitungkan dampak
samping dari kegiatan pembangunan.
Standar ini meliputi ruang lingkup,
istilah dan definisi, persyaratan dan penyajian peta.Standar ini merupakan
salah satu pedoman teknis kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian
berbagai data serta informasi air.
SNI
19-6728.2-2002 Penyusunan Neraca Sumber Daya –
Bagian 2: Sumber Daya Hutan Spasial
Abstrak:
Standar Nasional Indonesia (SNI)
Penyusunan neraca sumber daya – Bagian 2: Sumber daya hutan spasial ini
merupakan penyempurnaan dan penyajian dalam format SNI dari petunjuk teknis
neraca sumber daya hutan spasial yang dihasilkan pada tahun 1991 dan telah
beberapa kali direvisi, terakhir direvisi pada tahun 2001.
Standar ini menentukan pedoman untuk
penyusunan neraca sumber daya hutan spasial. Standar ini meliputi pendahuluan,
ruang lingkup, acuan, istilah dan definisi, persyaratan, klasifikasi, metode
dan penyajian peta.
SYMBOLOGY
SYMBOLOGY
Layer-layer yang dimasukkan ke dalam ArcMap disimbolkan secara default sebagai single symbol.
Artinya satu layer hanya memiliki simbol/warna yang sama untuk semua objeknya.
Untuk mengubah simbol/warna layer tertentu, klik langsung pada simbol titik, garis, atau area yang berada dibawah tulisan layer.
![](http://desmond.imageshack.us/Himg804/scaled.php?server=804&filename=syml.jpg&res=landing)
Pilih simbol, ukuran, dan warna , yang diinginkan.
.
Untuk mengatur symbology dalam satu layer supaya menjadi lebih beragam berdasarkan kategori tertentu, klik kanan pada layer tsb -> Properties -> Symbology.
Pilih bagian Category -> Unique Values1. Pilih Value Field2 berdasarkan kolom yang akan dijadikan kategori.
Klik Add All Values3 untuk menampilkan semua kategori dari kolom terpilih. Ganti Color Ramp4 untuk alternatif kelompok warna lain. Klik Ok atau Apply.
Simbology berdasarkan Category biasanya digunakan untuk data-data kualitatif seperti administrasi, jenis jalan, hierarki kota, guna lahan, komoditas unggulan, dsb.
![](http://desmond.imageshack.us/Himg641/scaled.php?server=641&filename=sym2.jpg&res=landing)
.
Selain Category, terdapat pula symbology berdasarkan Quantities yang diterapkan pada data-data kuantitatif seperti jumlah & kepadatan penduduk, PDRB Provinsi/ Kabupaten, ketinggian lahan, curah hujan, produksi pangan, nilai investasi, dsb.
Masukkan data jabar_pop.shp.
Klik kanan pada layer -> Properties -> Symbology -> Quantities – Graduated colors1.
Pilih kolom yang akan dikuantifikasi pada bagian Field Value2. Atur jumlah kategori dengan mengubah nilai Classes3. Pilih Color Ramp4 yang diinginkan. Untuk merapikan nilainya, cukup ketik nilai batas atas tiap kelas pada kolom Range5. Klik Ok atau Apply.
![](http://desmond.imageshack.us/Himg109/scaled.php?server=109&filename=sym3.jpg&res=landing)
.
Symbology berdasarkan Quantities tidak hanya terbatas pada gradasi warna saja, tetapi juga bisa divisualisasikan dengan perbedaan ukuran simbol (Graduated Symbols/ Proportional Symbols) atau kepadatan titik (dot density).
![](http://desmond.imageshack.us/Himg214/scaled.php?server=214&filename=sym4.jpg&res=landing)
.
Jika data kuantitatif terdiri dari beberapa kolom, maka dapat dibuat diagram perbandingan antar kolom tersebut dalam format pie, bar, atau stacked chart. Misal pada data jumlah penduduk jawa barat tahun 1980, 1990, 1995, dan 1998 sebagai berikut.
![](http://desmond.imageshack.us/Himg861/scaled.php?server=861&filename=sym5.jpg&res=landing)
.
.
LABEL
Untuk membuat peta menjadi lebih informatif, peta perlu diberikan label yakni unsur text yang menerangkan objek-objek dalam peta.
Pengaturan dapat dilakukan dengan klik kanan pada layer -> Properties -> Labels.
Centang bagian kiri atas1 untuk memunculkan label.
Ubah label field2 dengan kolom yang sesuai. Ganti Text Symbol3 sesuai preferensi masing-masing. Klik Ok atau Apply.
![](http://desmond.imageshack.us/Himg577/scaled.php?server=577&filename=sym6.jpg&res=landing)
Sumber : http://gislearning.wordpress.com/2012/04/28/simple-symbology-and-labeling/
DIGITASI PETA
Digitasi peta adalah proses mengubah peta dari format raster ke format vektor. Dalam arc gis terdapat pilihan data dalam bentuk: titik, polyline, polygon.
Hasil digitasi peta :
Hasil digitasi peta :
Jumat, 03 Mei 2013
resume praktikum PCD
KOREKSI GEOMETRIK
Koreksi geometrik adalah koreksi posisi citra akibat kesalahan yang disebabkan oleh konfigurasi sensor, perubahan ketinggian, posisi, dan kecepatan wahana. Koreksi geometrik mutlak dilakukan apabila posisi citra akan dioverlay dengan peta-peta atau citra lainnya yang mempunyai sistem proyeksi peta (Katiyar et. al. 2002).
GCP (Ground Control point) atau titik kontrol tanah adalah proses penandaan lokasi yang berkoordinat berupa sejumlah titik yang diperlukan untuk kegiatan mengkoreksi data dan memperbaiki keseluruhan citra yang akhirnya disebut sebagai proses rektifikasi. GCP terdiri atas sepasang koordinat x dan y, yang terdiri atas koordinat sumber dan koordinat referensi. Koordiant-koordinat tersebut tidak dibatasi oleh adanya koordinat peta.
Tingkat akurasi GCP sangat tergantung pada jenis GPS yang digunakan dan jumlah contoh GCP terhadap lokasi dan waktu pengambilan. Lokasi ideal untuk pengambilan GCP adalah sudut jalan, perempatan jalan, perpotongan jalan pedestrian, kawasan yang memiliki warna menyolok, persimpangan rel dengan jalan dan benda/ monumen/ bangunan yang mudah diidentifikasi atau dikenal. Perlu dihindari pohon, bangunan, dan tiang listrik selain sulit diidentifikasi juga kesamaannya yang tinggi (Darmawan 2008).
Rektifikasi merupakan suatu proses mentransformasi data dari suatu sistem grid menggunakan transformasi grid atau proses koreksi/perbaikan geometrik citra yang belum terkoreksi yang sudah memiliki titik titik referensi (GCP). Posisi piksel input tidak persis sama dengan piksel outpunya oleh karena itu perlu dilakukan ekstrapolasi nilai data untuk mengisi citra baru dari nilai piksel asilnya.
Alasan melakukan rektifikasi adalah untuk membandingkan dua citra atau lebih untuk lokasi tertentu, membangun SIG dan melakukan pemodelan spasial, membandingkan citra dengan data spasial lainnya yang mempunyai skala yang berbeda, membuat peta dengan skala yang teliti, meletakkan lokasi-lokasi pengambilan training area sebelum melakukan klasifikasi, melakukan overlay citra dengan data-data spasial lainnya, membuat mozaik citra, dan melakukan analisis yang memerlukan lokasi geografis dengan presisi yang tepat (Alhamlan 2002).
Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometri ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya yang biasanya mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama. Efek atmosfer menyebabkan nilai pantulan obyek dipermukaan bumi yang terekam oleh sensor menjadi bukan merupakan nilai aslinya, tetapi menjadi lebih besar oleh karena adanya hamburan atau lebih kecil karena proses serapan. Metode-metode yang sering digunakan untuk menghilangkan efek atmosfer antara lain metode pergeseran histogram (histogram adjustment), metode regresi dan metode kalibrasi bayangan. (Projo Danoedoro, 1996).
Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode penyesuaian histogram. Pemilihan metode ini dilandasi oleh alasan bahwa metode ini cukup sederhana, waktu yang digunakan untuk pemrosesan lebih singkat dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang rumit. Asumsi dari metode ini adalah dalam proses koding digital oleh sensor, obyek yang memberikan respon spektral yang paling rendah seharusnya bernilai 0. Apabila nilai ini ternyata melebihi angka 0 maka nilai tersebut dihitung sebagai offset dan koreksi dilakukan dengan mengurangi seluruh nilai pada saluran tersebut dengan offset-nya.
Koreksi Topografi
Koreksi topografi (topographic correction) disebabkan oleh pengaruh sudut elevasi matahari, sehingga menyebabkan perubahan pencahayaan pada permukaan bumi karena sifat dan kepekaan objek menerima tenaga dari luar tidak sama serta perubahan radiasi permukaan objek disebabkan oleh perubahan sudut pengamatan sensor. Perubahan radiasi permukaan objek menyebabkan perubahan kecerahan citra. Perubahan sudut penyinaran matahari terhadap zenit dan jarak matahari ke bumi mempengaruhi irradiasi matahari yang sampai ke objek di permukaan bumi, sehingga menyebabkan perubahan pada nilai piksel pada rekaman gambar di permukaan bumi. Oleh karena itu, koreksi topografi bertujuan untuk mengembalikan nilai keabuan elemen gambar (piksel) pada nilai yang sebenarnya (Purwadhi, 2008). Untuk melakukan koreksi nilai piksel tersebut diperlukan informasi mengenai besar dan arah sudut matahari (sudut zenit dan azimut matahari), serta informasi mengenai besar dan arah kemiringan piksel (slope dan aspek dari piksel).
sumber:
Resume praktikum SIP
Merubah Koordinat Dari DMS (Derajat, Menit, Detik) Ke Desimal
Untuk merubah koordinat DMS (derajat, Menit, Detik) ke desimal adalah sebagai berikut:
koordinat desimal = derajat + (menit/60) + (detik/3600)
Contoh:
Jika anda membaca pada layar tertera, E : 109o22’14″ dan S : 7o14’22″
artinya, E : 109 derajat 22 menit 14 detik dan S : 7 derajat 14 menit 22 detik. Maka diperoleh angka desimal :
Jika anda membaca pada layar tertera, E : 109o22’14″ dan S : 7o14’22″
artinya, E : 109 derajat 22 menit 14 detik dan S : 7 derajat 14 menit 22 detik. Maka diperoleh angka desimal :
E : 109 + (22/60) + (14/3600) = 109.370556 dan S : 7 + (14/60) + (22/3600) = 7.239444
Jangan lupa untuk menambahkan minus (-) pada koordinat latitude untuk lokasi yang berada di sebelah selatan garis equator.
Jadi, koordinat desimal yang didapat adalah :
Longitude (X) : 109.370556
Latitude (Y) : -7.239444
Latitude (Y) : -7.239444
Registrasi Peta Raster pada ArcGIS
Sebelum suatu peta/gambar raster seperti peta hasil scanning atau yang di download dari internet agar dapat di olah di software Sistem Informasi Geografis, terlebih dahulu peta tersebut harus di registrasi. Registrasi pada ArcGIS desktop caranya seperti ini:
- Buka peta raster yang akan diolah
- Aktifkan Georeferencing Toolbars melalui Tools > Costumize > Centang pada Georeferencing
- Pilih minimal 3 atau 4 titik pada perpotongan garis koordinat, catat koordinat desimal yang pada notepad (Koordinat decimal didapatkan dari gridlines X dan Y yang berpotongan). Untuk peta raster biasanya koordinat dalam bentuk derajat, konversi dahulu koordinat derajat menjadi desimal.
- Klik icon Add Control Point dan titik kan pas pada perpotongan koordinat > klik kanan dan input X and Y, masukkan koordinat yang dicatat pada notepad tadi dan klik ok dan peta telah dapat dipakai untuk digitasi.
sumber:
Langganan:
Postingan (Atom)